Jumat, 03 Juni 2011

cita cita (manusia dan harapan)

Tidak ada seorang pun di antara kita yang tidak memiliki cita-cita. Disadari ataupun tidak, sejak kecil kita pasti memiliki cita-cita. Dengan bahasa lebih sederhana, cita-cita ini bisa kita artikan sebagai sebuah bentuk keinginan yang muncul dalam alam pikiran untuk dapat diraih pada suatu saat kelak. Tidak peduli apakah cita-cita itu kecil atau besar. Tidak peduli cita-cita itu terasa berat ataupun ringan. Yang menjadi permasalahan mengenai cita-cita tersebut bukanlah pada hal-hal tersebut di atas, melainkan pada seberapa kuat kita menggenggam cita-cita tersebut dan seberapa keras kita berusaha untuk menggapai cita-cita tersebut. Kontribusi kita mengenai cita-cita tersebut, bukanlah tercapai atau tidaknya cita-cita tersebut, melainkan lebih pada kekuatan kita dalam usaha menggapai cita-cita tersebut.

Itulah kekuatan yang dimiliki oleh orang-orang sukses di dunia ini. Mereka berani untuk bermimpi, dan berani pula untuk menggapainya dengan berbagai tantangan yang kelak akan dihadapinya. Sebagaimana ungkapan seorang Ulama di Mesir, Hasan Al-Banna, ”Kenyataan mu di hari ini adalah mimpi mu di hari kemarin”. Juga suri teladan kita Rasulullah Muhammad saw, juga tercipta sebuah impian ketika sedang membuat parit dalam persiapan menghadapi Perang Parit. Saat terpercik sebuah bunga api ketika memukul batu yang sangat besar , beliau berkata ”Percikan api ini menandakan suatu saat kita akan dapat menaklukan dua buah kekuasaan terbesar saat itu yaitu Romawi dan Persia”. Itulah kekuatan-kekuatan impian yang menjadikan kita lebih memiliki gairah atau semangat dalam menjalani hidup ini.

Lantas, bagaimana dengan kita sekarang? Sebuah pertanyaan yang sepertinya layak kita lontarkan kepada diri kita sendiri. Sudahkah kita memiliki impian tersebut? Sudah seberapa banyak langkah yang kita ayunkan untuk mewujudkan cita-cita tersebut? Atau, jangankan keberanian untuk menganyunkan langkah, untuk memiliki impian saja kita tidak berani melakukannya? Sungguh, sangat disayangkan ketika yang terjadi adalah kondisi yang tersebut. Padahal Allah swt telah menganugerahkan kepada akal pikiran dan nurani untuk dapat melakukan itu semua.

Karena hidup itu adalah perjuangan. Allah tidak menilai besar kecil kesuksesan, tapi besar kecilnya usaha kita untuk mewujudkan cita-cita itu.
Semakin kita menunda-nunda langkah menuju sebuah cita-cita kesuksesan, semakin tertunda pula kesuksesan itu datang pada kita.
Sebuah kesuksesan besar pada hakikatnya berawal dari kesuksesan kita dalam mengayunkan langkah-langkah kecil menuju sebuah cita-cita.

0 komentar:

Posting Komentar

pollowers