Pengertian Kepemimpinan
Menurut Griffin dan Ebert, kepemimpinan (leadership) adalah proses
memotivasi orang lain untuk mau bekerja dalam rangka mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.1 Lindsay dan Patrick dalam membahas “Mutu Total
dan Pembangunan Organisasi” mengemukakan bahwa kepemimpinan
adalah suatu upaya merealisasikan tujuan perusahaan dengan memadukan
kebutuhan para individu untuk terus tumbuh berkembang dengan tujuan
organisasi. Perlu diketahui bahwa para individu merupakan anggota dari
perusahaan.2 Peterson at.all mengatakan bahwa kepemimpinan merupakan
suatu kreasi yang berkaitan dengan pemahaman dan penyelesaian atas
permasalahan internal dan eksternal organisasi.3
Dari ketiga definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemimpinan
merupakan suatu upaya dari seorang pemimpin untuk dapat merealisasikan
tujuan organisasi melalui orang lain dengan cara memberikan motivasi agar
orang lain tersebut mau melaksanakannya, dan untuk itu diperlukan adanya
keseimbangan antara kebutuhan individu para pelaksana dengan tujuan
perusahaan. Lingkup kepemimpinan tidak hanya terbatas pada
permasalahan internal organisasi, melainkan juga mencakup permasalahan
eksternal. Dalam konteks penugasan audit, secara internal seorang ketua
tim harus dapat menggerakkan anggota tim sedemikian rupa sehingga
tujuan audit dapat dicapai. Seorang ketua tim harus dapat memahami
kelebihan dan kekurangan anggota timnya, sehingga dapat menentukan
penugasan yang harus diberikan kepada setiap anggota tim. Dilain pihak,
secara ekternal seorang ketua tim harus dapat mempengaruhi auditee agar
mau menjadi mitra kerjanya dan memperlancar ataupun membantu tugastugas
ketua tim dalam rangka mencapai tujuan audit. Untuk dapat mengatasi
permasalahan internal dan eksternal tersebut, ketua tim harus mempunyai
kemampuan interpersonal serta teknik komunikasi yang baik sehingga dapat
memotivasi anggota tim dan mempengaruhi auditee dengan baik
Gaya
Kepemimpinan
Pada awal pemunculan teori
kepemimpinan telah diidentifikasikan berbagai
kondisi para pemimpin
hebat. Penampilan fisik, inteligensia, dan
kemampuan berbicara di
kalangan publik merupakan ciri khas yang harus
dimiliki oleh para
pemimpin. Pada waktu itu banyak diyakini bahwa orang
bertubuh tinggi lebih baik
kemampuan memimpinnya dibandingkan dengan
orang yang bertubuh
pendek. Namun belakangan ini telah terjadi
pergeseran, cara pandang
tidak lagi pada penampilan fisik, melainkan pada
gaya kepemimpinan. Griffin
dan Ebert mengemukakan 3 (tiga) gaya
kepemimpinan, yaitu: (1)
gaya otokratik (autocratic style), (2) gaya
demokratik (democratic
style), dan (3) gaya bebas terkendali (free-rein
style).11
Pemimpin dengan gaya otokratik
pada umumnya memberikan perintahperintah
dan meminta bawahan untuk
mematuhinya. Para komandan militer
di medan perang umumnya
menerapkan gaya ini. Pemimpin yang
menerapkan gaya ini tidak
memberikan cukup waktu kepada para bawahan
untuk bertanya dan hal ini
lebih sesuai pada situasi yang memerlukan
kecepatan dalam
pengambilan keputusan. Gaya ini juga cocok untuk
diterapkan pada situasi di
mana pimpinan harus cepat mengambil keputusan
sehubungan adanya desakan
para pesaing. Gaya otokratik ini tidak selalu
jelek seperti persepsi
orang selama ini. Untuk menghadapi anggota tim yang
malas, tidak disiplin,
susah diatur, dan selalu menjadi trouble maker, gaya
kepemimpinan otokratik
sangat tepat untuk digunakan oleh seorang ketua
tim.
Pemimpin dengan gaya demokratik
pada umumnya meminta masukan
kepada para
bawahan/stafnya terlebih dahulu sebelum mengambil
keputusan, namun pada
akhirnya menggunakan kewenangannya dalam
mengambil keputusan.
Sebagai contoh, seorang manajer teknik di bagian
produksi melontarkan
gagasannya terlebih dahulu kepada kelompok yang
berhubungan dengan
pekerjaan tersebut untuk mendapatkan tanggapan dan
atau masukan sebelum
mengambil keputusan.
Pemimpin dengan gaya bebas
terkendali pada umumnya memposisikan
dirinya sebagai konsultan
bagi para bawahannya dan cenderung
memberikan kewenangan
kepada para bawahan untuk mengambil
keputusan. Dengan gaya ini
seorang pemimpin lebih menekankan kepada
unsur keyakinan bahwa
kelompok pekerja telah dapat dipercaya karena
seringnya menyampaikan
pendapat dan gagasannya, telah mengetahui apa
yang harus dikerjakan dan
mengetahui bagaimana mengerjakannya
sehingga pemimpin hanya tut
wuri handayani (broad based management).
Ketiga gaya kepemimpinan
tersebut dapat digunakan oleh seorang ketua tim
sesuai dengan situasi yang
dihadapinya. Situasi di sini meliputi waktu,
tuntutan pekerjaan,
kemampuan bawahan, pimpinan, teman sekerjareferensi :
Adair, John, Kepemimpinan yang Memotivasi, Jakarta, Gramedia Pustaka
Utama, 2008
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Himpunan Peraturaan
Jabatan Fungsional Auditor dan Angka Kreditnya di Lingkungan Aparat
Pengawasan Fungsional Pemerintah.